Appreciative Inquiry dan Peranannya dalam Kehidupan Mahasiswa

AI_graphic_wider_AE-24

Sumber: managementcentre.co.uk/appreciative-inquiry

Appreciative Inquiry dan Peranannya dalam Kehidupan Mahasiswa

Penulis: Olivia Juanita

Appreciative Inquiry (AI) sebuah istilah yang dipopulerkan oleh dua orang profesor David Cooperrider dan Suresh Srivastva pada tahun 1987. Menurut Cooperrider dan Whitney (2001) Appreciative Inquiry terdiri dari dua kata yaitu Appreciative dan Inquiry. Appreciative yaitu menyadari kehebatan orang-orang atau dunia di sekitar kita, menyatakan kekuatan, kesuksesan, dan potensial masa lalu atau masa sekarang. Inquiry sendiri berarti untuk menanyakan; terbuka dalam melihat potensi dan kemungkinan baru. Appreciative Inquiry merupakan sebuah konsep dasar dalam memanusiakan manusia dimana dalam kehidupan di sekitar kita lebih mudah memandang sisi negatif, kekurangan, kelemahan dari orang lain dibandingan dengan sisi positif atau kelebihan orang lain.

Pendekatan dari AI sendiri berfokus tak hanya pada masalah yang sedang dihadapi tetapi juga pada kekuatan dan potensi dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Pendekatan ini melihat kapasitas orang tersebut untuk memecahkan berbagai masalah di mana tak hanya dari pengalaman dalam menyelesaikan masalah, namun juga dilihat dari inovasi, pikiran mendalam, karakter dan sifat, nilai kehidupan, ekspresi kebijaksanaan, dan visi dari suatu nilai dan masa depan yang mungkin terjadi. Metode AI ini tediri dari 4 kunci utama yaitu Discover, Dream, Design, dan Deliver. (Coperrider dan Whitney, 2001). Sederhananya metode AI yaitu suatu proses penggalian potensi-potensi yang sudah ada dan menghargainya (memberi respon positif) sehingga lebih mudah untuk meningkatkan potensi-potensi tersebut yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga mengenal namanya reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman). Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku) (Baharudin & Wahyuni, 2008) atau meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Reinforcement ini menurut bentuknya terbagi menjadi dua yaitu reinforcement positif yaitu konsekuensi yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkaan perilaku seperti hadiah dan reinforcement negatif yaitu menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku atau meningkatkan perilaku (Slavin, 2011).

Sedangkan punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari, hukuman dilakukan untuk mecegah perilaku yang tidak diinginkan terjadi.

Lalu bagaimana penerapan dalam kehidupan sehari-hari? Manusia cenderung menginginkan untuk dihargai sebelum pada akhirnya dengan optimal dapat mengaktualisasi dirinya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui konsep diri, baik kelebihan  dan kekurangan yang dimiliki, karakter diri, sehingga dapat dikembangkan menjadi potensi yang dimiliki setiap individu yang dapat diterapkan dalam metode Appreciative Inquiry (AI). Kedua, mengapresiasi potensi yang dimiliki diri sendiri maupun orang lain dengan respon yang positif walaupun mungkin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan memberi masukan-masukan yang membangun. Ketiga, membangun dan membayangkan masa depan positif yang potensial yang dapat dibangun oleh potensi-potensi yang dimiliki. Keempat, membangun visi yang diharapkan dan diimpikan sebelumnya. pada tahap ini, setiap aspirasi individu sebaiknya didengarkan dengan baik dan menciptakan iklim suportif yang membangun. Kelima, mengeksekusi visi, harapan, dan mimpi yang sebelumnya telah direncanakan. Pada tahap ini dibutuhkan komitmen.

Kelima proses ini bukanlah proses yang berdiri sendiri melainkan sebuah proses yang saling berkesinambungan yang tentunya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Metode Appreciative Inquiry (AI) dapat membangun kepribadian yang fleksibel, mudah untuk berkembang, dan open minded. Penghargaan atas pribadi maupun kelompok tentunya akan memberikan dampak positif, baik untuk kondisi psikologis maupun dalam kehidupan sosial. Dengan kondisi psikologis yang baik tentu akan mudah untuk membuat keputusan yang besar nantinya.

 

 

 

Daftar Pustaka

Baharudinn dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Coperrider, D.L. dan Whitney D. (2001). A Positive Revolution in Change: Appreciative Inquiry on Robert T. Golembiewski (ed.). The Handbook of Organizational Behaviour 2nd ed. New York: Marcel Decker.

Robert, E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.

https://medium.com/@TERRAITB/appreciative-inquiry-dan-memanusiakan-manusia-521c657eaa (Diakses pada 28 Mei 2019)

https://positivepsychologyprogram.com/appreciative-inquiry/ (Diakses pada 28 Mei 2019)

http://ilmudansenimanajemen.blogspot.com/2016/10/appreciative-inquiry-konsep-metode-dan.html (diakses pada 30 Mei 2019)